Hai
teman-teman... ada yang masih ingat bagaimana bunyi kukum Hess? wah, .bagi para penggemar kimia fisika, harus tahu betul nih. Karena hukum ini
yang menyangkut tentang kalor yang terjadi dalam setiap reaksi. Nah,
silahkan baca aja blog saya ini.
Bunyi
Hukum Hess yaitu “kalor reaksi tidak bergantung pada lintasan, tetapi
hanya ditentukan keadaan awal dan keadaan akhir”. Maksudnya jika suatu
reaksi dapat berlangsung menurut dua tahap atau lebih, maka kalor reaksi
totalnya sama dengan jumlah aljabar kalor tahapan reaksinya. Jadi Hukum
Hess adalah suatu hukum yang mengemukkan bahwa setiap reaksi memiliki
∆H tetap dan tidak bergantung pada jalan reaksinya atau jumlah tetap
reaksi melainkan hanya tergantung dari keadaan awal dan keadaan akhir.
Hukum Hess menyatakan bahwa besarnya entalpi dari suatu reaksi tidak ditentukan oleh jalan atau tahap reaksi, tetapi hanya ditentukan oleh keadaan awal dan keadaan akhir suatu reaksi, Selain itu Hukum Hess juga menyatakan bahwa entalpi suatu reaksi merupakan jumlah total dari penjumlahan kalor reaksi tiap satu mol dari masing-masing tahap atau orde reaksi. Oleh karena itu, besarnya H dapat ditentukan hanya dengan mengetahui kalor reaksinya saja. Dasar hukum Hess ini adalah entalpi atau energi internal adalah besaran yang tidak tergantung pada jalannya reaksi. Suatu reaksi kadang-kadang tidak hanya berlangsung melalui satu jalur akan tetapi bisa juga melalui jalur lain dengan hasil yang diperoleh adalah sama.
Dalam melakukan perubahan entalpi dari suatu reaksi kita terlebih dahulu harus memahami bahwa perubahan entalpi tersebut adalah suatu sifat yang ekstensif, artinya perubahan entalpi berbanding lurus dengan jumlah zat yang terlibat dalam reaksi, selain itu perubahan entalpi akan berubah bila arah reaksi berbalik. Konsep ini sangat berguna dalam memahami hukum Hess.
Hukum Hess menyatakan bahwa besarnya entalpi dari suatu reaksi tidak ditentukan oleh jalan atau tahap reaksi, tetapi hanya ditentukan oleh keadaan awal dan keadaan akhir suatu reaksi, Selain itu Hukum Hess juga menyatakan bahwa entalpi suatu reaksi merupakan jumlah total dari penjumlahan kalor reaksi tiap satu mol dari masing-masing tahap atau orde reaksi. Oleh karena itu, besarnya H dapat ditentukan hanya dengan mengetahui kalor reaksinya saja. Dasar hukum Hess ini adalah entalpi atau energi internal adalah besaran yang tidak tergantung pada jalannya reaksi. Suatu reaksi kadang-kadang tidak hanya berlangsung melalui satu jalur akan tetapi bisa juga melalui jalur lain dengan hasil yang diperoleh adalah sama.
Dalam melakukan perubahan entalpi dari suatu reaksi kita terlebih dahulu harus memahami bahwa perubahan entalpi tersebut adalah suatu sifat yang ekstensif, artinya perubahan entalpi berbanding lurus dengan jumlah zat yang terlibat dalam reaksi, selain itu perubahan entalpi akan berubah bila arah reaksi berbalik. Konsep ini sangat berguna dalam memahami hukum Hess.
Di sebuah taman, terdapat taman bunga mawar yang sedang berbunga. Mawar-mawar itu mengeluarkan aroma yang sangat harum. Dengan warna-warni yang cantik, banyak orang yang berhenti untuk memuji sang mawar. Tidak sedikit pengunjung taman meluangkan waktu untuk berfoto di depan atau di samping taman mawar. Bunga mawar memang memiliki daya tarik yang menawan, semua orang suka mawar, itulah salah satu lambang cinta.
Sementara itu, di sisi lain taman, ada
sekelompok pohon bambu yang tampak membosankan. Dari hari ke hari, bentuk pohon
bambu yang begitu saja, tidak ada bunga yang mekar atau aroma wangi yang
disukai banyak orang. Tidak ada orang yang memuji pohon bambu. Tidak ada orang
yang mau berfoto di samping pohon bambu. Maka tak heran jika pohon bambu selalu
cemburu saat melihat taman mawar dikerumuni banyak orang.
“Hai bunga mawar,” ujar sang bambu pada
suatu hari. “Tahukah kau, aku selalu ingin sepertimu. Berbunga dengan indah,
memiliki aroma yang harum, selalu dipuji cantik dan menjadi saksi cinta manusia
yang indah,” lanjut sang bambu dengan nada sedih.
Mawar yang mendengar hal itu tersenyum,
“Terima kasih atas pujian dan kejujuranmu, bambu,” ujarnya. “Tapi tahukah kau,
aku sebenarnya iri denganmu,”
Sang bambu keheranan, dia tidak tahu
apa yang membuat mawar iri dengannya. Tidak ada satupun bagian dari bambu yang
lebih indah dari mawar. “Aneh sekali, mengapa kau iri denganku?”
“Tentu saja aku iri denganmu. Coba
lihat, kau punya batang yang sangat kuat, saat badai datang, kau tetap
bertahan, tidak goyah sedikitpun,” ujar sang mawar. “Sedangkan aku dan
teman-temanku, kami sangat rapuh, kena angin sedikit saja, kelopak kami akan
lepas, hidup kami sangat singkat,” tambah sang mawar dengan nada sedih.
Laba-laba sutra merubah strukturnya saat menjadi basah, meningkatkan kemampuannya untuk menangkap air dari udara, suatu studi baru yang diusulkan oleh para ilmuwan Cina. Menggunakan wawasan dari pengamatan mereka terhadap laba-laba sutra alami, para peneliti berkesimpulan untuk menciptakan suatu sutra buatan yang mimiknya menyerupai kapabilitas penyimpanan air.
Kemampuan jaring laba-laba untuk menangkap dan menahan air, dengan hasil yang menakjubkan pada embun pagi, seringkali diperlakukan sebagai sesuatu yang indah namun kurang menarik disamping cerita betapa kekuatannya yang luar biasa. Tetapi Lei Jiang pada Chinese Academy of Sciences di Beijing tertarik untuk mendapatkan akar properti unik ini. Timnya memulai dengan meneliti dengan cermat citra pengamatan mikroskop elektron dari sutra yang dihasilkan oleh hackled orbweavers.
Menurut temuan mereka, struktur sutranya berubah saat terjadi kontak dengan uap air. ‘Gumpalan’ hydrophilic, longgar dari sutra yang sangat bagus, bertempat disekitar benang kering, mulai menyusut saat tetesan air memadatkan mereka. Tetesan air di tengah-tengah tempat tersebut kemudian ditarik menuju ‘simpul’ yang dihasilkan. Dua fitur tersebut, apa yang diusulkan oleh kalkulasi dari Jiang, mendorong tetesan tersebut menuju simpul tersebut. Pertama kali, suatu perbedaan di permukaan energi antara simpul yang kasar dan tempat halus diantara mereka, dan kedua adalah suatu perbedaan pada tekanan yang berperan pada sisi berlainan dari setiap tetesan saat mendaki lerengan menuju satu simpul.
Misalnya larutan yang akan dibuat adalah CuSO4 dengan molaritas 1 M
sebanyak 250 mL. Terlebih dahulu kita harus menghitung massa CuSO4 yang
terlarut dalam larutan tersebut, dengan cara sebagai berikut: